Friday 16 May 2014

Gugurnya air jernih mataku

mutiara indah gugur satu persatu
asalnya perlahan menuruni pipi
akhirnya deras
diikuti sedu sedan

hati merah menyala
membakar jasad yang tak bermaya
api sedih meniti hati
jauh ke dalam sudut hati
tersepit, terkepit
menjadi pilu dan sayu

aman dan damai telah lama meninggalkanya
yang tinggal hanya
sakit, seksa, sayu dan pilu seluruh urat nadi
tiada yang terkecuali

tidur bukan lagi dinanti
yang dinanti hanya mimpi
mimpi mendatang memamah sisa hati
tinggal air jernih menerjuni pipi

bicara tersekat di kerongkong
tiada lagi ucapan
tiada lagi bicara seindah dulu
tiada tawa riang
tiada terpancar di wajah senyum bahagia
yang ada senyum derita

tangan dan kaki terhayung bagai robot bekerja keras 
dan kaki menuruti perintah Ilahi
tiada emosi, tiada fikiran dan perasaan
yang ada hanya kepatuhan
yang ada hanya ketaatan
pada Tuhan

impian hati merana
bawa hati dan diri
jauh di sudut desa
tinggal seorang tua
yang menjaga hatinya yang derita
menghadapi Ilahi semata-mata

peduli aku
pada dia, pada dunia
peduli apa pada penyakit masyarakat yang bergelumang dosa
peduli apa para remaja yang terkinja-kinja
peduli apa pada orang tua yang tak tahu mengaji
peduli apa pada pemerintah yang rakus berkuasa
peduli apa pada anak yang terbuang di jalanan

kerana aku lihat
begitu pada Ibrahim Adham
begitu pada Rabiatul Adawiah
begitu pada Asiah
begitu juga pada  Mariam a.s

mereka karib dengan pencipta
mereka bersuka ria dengan pencipta
mereka sentiasa berdampingan dengan pencipta
mereka diangkat ke darjat tertinggi

bawalah hati ini
ke suatu tempat
untukku habiskan sisa-sisa hidup ini
jauh dari manusia
jauh dari kesibukan dunia
jauh dari kemewahan dan kesenangan
jauh dari kuasa memimpin dan dipimpin

supaya aku baiki hati
baiki emosi
baiki perasaan
baiki akhlak
untukku bertemu dengan-Mu
seindah para sufi dan para wali

amin
17/3/2014

Monday 17 March 2014

Tangisan mencari Ilahi

mutiara indah gugur satu persatu
asalnya perlahan nenuruni pipi
akhirnya deras
diikuti sedu sedan

hati merah menyala
membakar jasad yang tak bermaya
api sedih meniti hati
jauh ke dalam sudut hati
tersepit, terkepit
menjadi pilu dan sayu

aman dan damai telah lama meninggalkanya
yang tinggal hanya
sakit, seksa, sayu dan pilu seluruh urat nadi
tiada yang terkecuali

tidur bukan lagi dinanti
yang dinanti hanya mimpi
mimpi mendatang memamah sisa hati
tinggal air jernih mnerjuni pipi

bicara tersekat di kerongkong
tiada lagi ucapan
tiada lagi bicara seindah dulu
tiada tawa riang
tiada terpancar di wajah senyum bahagia
yang ada senyum derita

tangan dan kaki terhayung bagai robot bekerja
keras dan kaki menuruti perintah Ilahi
tiada emosi, tiada fikiran dan perasaan
yang ada hanya kepatuhan
yang ada hanya ketaatan
pada Tuhan

impian hati merana
bawa hati dan diri
jauh di sudut desa
tinggal seorang tua
yang menjaga hatinya yang derita
menghadapi ilahi semata-mata

peduli aku
pada dia, pada dunia
peduli apa pada penyakit masyarakt yang bergelumang dosa
peduli apa para remaja yang terkinja2
peduli apa pada orang tua yang tak tahu mengaji
peduli apa pada perintah yang rakus berkuasa
peduli apa pada anak yang terbuang di jalanan

kerana aku lihat
begitu pada Ibrahim Adham
begitu pada Rabiatul Adawiah
begitu pada Asiah
begitu juga pada  Mariam a.s

mereka karib dengan pencipta
mereka bersuka ria dengan pencipta
mereka sentiasa berdampingan dengan pencipta
mereka di angkat ke darjat tertinggi

bawalah hati ini
ke suatu tempat
untukku habiskan sisa-sisa hidup ini
jauh dari manusia
jauh dari kesibukan dunia
jauh dari kemewahan dan kesenangan
jauh dari kuasa memimpin dan dipimpin

supaya aku baiki hati
baiki emosi
baiki perasaan
baiki akhlah
untukku bertemu dengan-Mu
seindah para sufi dan para wali

amin

Friday 14 March 2014

Mencari Mutmainnah

dhuha tadi aku menangis
asar tadipun aku menangis
manghrib juga aku menangis
isyak juga aku menangis
aku menangis sampai tertidur
dinihari bangunpun aku menangis
3.30pagi aku dah manangis sampai subuh

Ya Allah..
berilah aku kekuatan
sebagaimana kekuatan para wali-Mu
berilah aku ketabahan 
sebagaimana ketabahan para syuhada'-Mu
berilah aku kesabaran 
sebagaimana kesabaran para nabi-Mu
berilah aku kelembutan 
sebagaimana kelembutan para Rasul-Mu
berilah aku kebijaksanaan 
sebagaimana kebijaksanaan Lukman al-Hakim
berilah aku ketaatan
sebagaimana ketaatan para abid-Mu
berilah aku kepetahan
sebagaimana kepetahan ahli pidato-Mu
berilah aku pembantu
sebagaimana pembantu du'a-Mu
berilah aku sahabat sejati
sebagaimana sahabat Rasulullah saw
yang setia menemaniku
ketika susah atau ketika senang
berilah aku para pencinta-Mu
supaya aku mencintai-Mu
berilah aku kerinduan
supaya aku rindu akan-Mu
berilah aku belas ehsan
supaya aku belas ehsan seumpama Muhammad saw

akhir sekali
berilah aku reda-Mu
hanya reda-Mu
mengilangkan esak tangisku

aku hampir putus asa dengan diriku
kembalikanlah aku kepada-Mu
jangan biarkan aku
berputus asa
jangan biarkan aku
kecewa
jangan biarkan aku
hampa
jangan biarkan aku
hilang pedoman
jangan biarkan aku 
keseorangan
bantulah aku
pimpinlah aku
bimbinglah aku
sayangilah aku
cintailah aku
rinduilah aku
lindungilah aku

kerana aku tiada siapa-siapa di bumi ini
hanya ada Engkau Ya Allah semata-mata
aku berserah bulat2 pada-Mu
kerana aku hina di sisi manusia
apalagi di sisi -Mu
ampunkan aku.............
amin Ya Allah

Wednesday 22 January 2014

Madah Cinta

Dari Dr.MAZA

Sesiapa yang memusuhi dan memungkiri cinta dia merupakan pemilik jiwa kontang yang kering dari nilai insani yang sejati. Cinta itu fitrah. Ia satu keperluan. Bahkan mungkin suatu kewajipan ataupun rukun dalam menikmati kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Cinta mampu merubah segala yang ada dalam jiwa seorang insan. Telinga, mata dan segala anggota kadang-kala terpaksa tunduk kepada falsafah cinta. Tunduk kepada nilaian cinta. Pahit boleh menjadi manis. Manis boleh menjadi pahit. Indah boleh menjadi buruk. Usang boleh menjadi baru. Hodoh boleh menjadi cantik. Berat boleh menjadi ringan. Susah boleh menjadi senang. Segalanya terbalik dan berubah penilaian dan rasa hanya kerana cinta.

Ini mengingatkan kita kepada rangkap puisi yang disandarkan kepada al-Imam al-Syafi’e (meninggal 204H) :

Telah gering sang kekasih, maka daku menziarahinya
daku juga turut gering kerana risaukannya
datangnya sang kekasih menziarahiku
maka daku pun sembuh kerana melihatnya
(lihat: Ibn Muflih, al-Adab al-Shar’iyyah, 2/296).

Monday 26 August 2013

MENEMUI CINTA ALLAH

Pesan as-syahid Syed Qutb: Untuk kita Asy Syahid Syed Qutb memesan;

SAUDARA!SEANDAINYA KAU TANGISI KEMATIANKU,DAN KAU SIRAM PUSARAKU DENGAN AIRMATAMUMAKA DI ATAS TULANG-TULANGKUYANG HANCUR LULUH,NYALAKANLAH OBOR BUAT UMMAT INI DAN........TERUSKAN PERJALANAN KE GERBANG JAYA
SAUDARA!KEMATIANKU ADALAH SUATU PERJALANANMENDAPATKAN KEKASIH YANG SEDANG MERINDUTAMAN-TAMAN DI SYURGATUHANKU BANGGA MENERIMAKUBURUNG-BURUNGNYA BERKICAU RIANG MENYAMBUTKUBAHAGIALAH HIDUPKU DI ALAM ABADI
SAUDARA!PUAKA KEGELAPAN PASTI AKAN HANCURDAN ALAM INI AKAN DISINARI FAJAR LAGIBIARLAH ROHKU TERBANG MENDAPATKAN RINDUNYAJANGANLAH GENTAR BERKELANA DI ALAM ABADINUN DI SANA FAJAR SEDANG MEMANCAR........



Tuesday 16 July 2013

Aku Mencari Cinta-Mu

Aku menangis bukan karena cintaku pada-Mu dan cinta-Mu padaku,
atau kerinduan yang menggelegak dan bergejolak yang tak mampu
kutanggung dan ungkapkan.
Tapi, aku menangis karena aku tak akan pernah mampu merengkuh-Mu.
Engkau sudah nyatakan Diri-Mu Sendiri bahwa “semua makhluk akan
musnah kalau Engkau tampakkan wajah-Mu.”
Engkau katakan juga, “Tidak ada yang serupa dengan-Mu.”
Lantas, bagaimanakah aku tanpa-Mu,
Padahal sudah kuhancurleburkan diriku karena-Mu.
Aku menangis karena aku tak kan pernah bisa menyatu dengan-Mu.
Sebab,
Diri-Mu hanya tersingkap oleh diri-Mu Sendiri
Dia-Mu hanya tersingkap oleh Dia-Mu Sendiri
Engkau-Mu hanya tersingkap oleh Engkau-Mu Sendiri,
Sebab,
Engkau Yang Mandiri adalah Engkau Yang Sendiri
Engkau Yang Sendiri adalah Engkau Yang Tak Perlu Kekasih
Engkau Yang Esa adalah Engkau Yang Esa
Engkau Yang Satu adalah Engkau Yang Satu.
Maka dalam ketenangan kemilau membutakan Samudera Pemurnian-Mu,
biarkan aku memandang-Mu dengan cinta-Mu,
menjadi sekedar hamba-Mu dengan ridha-Mu,
seperti Muhammad yang menjadi Abdullah Kekasih-Mu.


Dipetik dari Syaik al-Banjari