asalnya perlahan menuruni pipi
akhirnya deras
diikuti sedu sedan
hati merah menyala
membakar jasad yang tak bermaya
api sedih meniti hati
jauh ke dalam sudut hati
tersepit, terkepit
menjadi pilu dan sayu
aman dan damai telah lama meninggalkanya
yang tinggal hanya
sakit, seksa, sayu dan pilu seluruh urat nadi
tiada yang terkecuali
tidur bukan lagi dinanti
yang dinanti hanya mimpi
mimpi mendatang memamah sisa hati
tinggal air jernih menerjuni pipi
bicara tersekat di kerongkong
tiada lagi ucapan
tiada lagi bicara seindah dulu
tiada tawa riang
tiada terpancar di wajah senyum bahagia
yang ada senyum derita
tangan dan kaki terhayung bagai robot bekerja keras
dan kaki menuruti perintah Ilahi
tiada emosi, tiada fikiran dan perasaan
yang ada hanya kepatuhan
yang ada hanya ketaatan
pada Tuhan
impian hati merana
bawa hati dan diri
jauh di sudut desa
tinggal seorang tua
yang menjaga hatinya yang derita
menghadapi Ilahi semata-mata
peduli aku
pada dia, pada dunia
peduli apa pada penyakit masyarakat yang bergelumang dosa
peduli apa para remaja yang terkinja-kinja
peduli apa pada orang tua yang tak tahu mengaji
peduli apa pada pemerintah yang rakus berkuasa
peduli apa pada anak yang terbuang di jalanan
kerana aku lihat
begitu pada Ibrahim Adham
begitu pada Rabiatul Adawiah
begitu pada Asiah
begitu juga pada Mariam a.s
mereka karib dengan pencipta
mereka bersuka ria dengan pencipta
mereka sentiasa berdampingan dengan pencipta
mereka diangkat ke darjat tertinggi
bawalah hati ini
ke suatu tempat
untukku habiskan sisa-sisa hidup ini
jauh dari manusia
jauh dari kesibukan dunia
jauh dari kemewahan dan kesenangan
jauh dari kuasa memimpin dan dipimpin
supaya aku baiki hati
baiki emosi
baiki perasaan
baiki akhlak
untukku bertemu dengan-Mu
seindah para sufi dan para wali
amin
17/3/2014